Cerita Seks Dewasa MENIK DAN AYAH ANGKATNYA - Menik adalah
sepupuku. Gadis cantik yang
penampilan sehari-harinya lincah lagi
polos ini dari penampilan luarnya
seolah-olah dia seperti seorang
perawan lugu yang belum mengerti hubungan dengan lelaki, tapi siapa
mengira dibalik itu dia justru punya
skandal dengan ayah angkatnya
sendiri. Keintiman ini sudah bermula di
antara Menik dengan ayah
angkatnya sejak dari Menik berusia
14 tahun. Menik yang
pertumbuhannya mulai meningkat
remaja dan semakin cantik serta menggiurkan, sudah dijadikan alat
bantu ayah angkatnya untuk mengisi
kesepiannya setelah beberapa bulan
ditinggal mati istrinya. Menik adalah
keponakan dari almarhum istri Pak
Hendro. Awalnya, sesaat setelah menduda, Pak Hendro yang seorang
staf perusahaan perminyakan
dipindah-tugaskan ke Sumatera. Dia
berangkat dengan mengajak Menik
menemaninya di tempat tugas
barunya. Hari-hari berlalu, di tempat yang sepi kurang hiburan itulah
perhatian Pak Hendro yang kesepian
mulai tertuju kepada Menik yang saat
itu sedang bertumbuh semakin
cantik dan menggiurkan.
Pendekatannya pun mudah, karena Menik memang akrab sekali dengan
ayah angkatnya ini, sehingga
dibujuki sedikit saja dia pasti
menurut. Mulailah Menik diperlakukan sebagai
teman bercinta Pak Hendro
mengganti ketiadaan istrinya, hanya
saja dengan cara terbatas. Setiap
bertemu di rumah, Pak Hendro selalu
mengerjai Menik, mulai dari sekedar dipeluk-peluki, diciumi, atau digeluti.
Lalu meningkat lebih jauh mulai
diajak tidur bersama untuk dicumbui
dan digerayangi seputar tubuh gadis
remaja itu. Dan berikutnya lagi makin
saling terbuka, telanjang bulat mandi bersama dan mulai dinikmati tubuh
polos gadis itu lewat remasan gemas
dan kecap mulut di bagian-bagian
kewanitaannya. Sampai akhirnya
Menik mulai diajari cara-cara oral
seks, menghisapi kemaluan untuk memberi kesenangan bagi lelaki.
Pokoknya tidak ada lagi yang
disembunyikan di antara mereka.
Namun begitu, satu hal yang masih
dijaga Pak Hendro, yaitu dia masih
tidak tega untuk memasukkan kemaluannya untuk merenggut
keperawanan Menik. Sedikit mengulas keakraban mereka,
bisa dilihat dari bagaimana
pertemuan mesra mereka ketika hari
itu Pak Hendro pulang dari urusan di
Jakarta selama lima hari. Baru saja
bertemu di rumah, sudah disambut Menik yang meloncat senang,
menggelendot di leher dan kaki
membelit di pinggang ayah
angkatnya. Pak Hendro juga sama
rindunya dengan gadis manja
kesayangannya ini, tapi tidak terang- terangan di ruang tamu, melainkan
menggendong dulu membawa Menik
ke kamar tidur, baru dari situ
langsung didekap dan diciuminya
bertubi-tubi seputar wajah si gadis
untuk kemudian menutupnya dengan ciuman bibir bertemu bibir.
Sebentar saja keduanya sudah saling
meluapkan kerinduan dengan saling
melumat dalam dengan sepenuh
perasaan sebelum kemudian
terlepas, dan Menik turun dari gendongan untuk membantu
membereskan barangbarang
bawaan Pak Hendro sambil saling
menceritakan keadaan masing-
masing selama berpisah. Selepas itu, barulah acara
membersihkan badan. Setelah Menik selesai membuka
keran bak rendam, "Ayo mandi
sama-sama Yayah, Nik..?" kata Pak Hendro mengajak yang segera
dianggukkan Menik dan langsung
membuka bajunya sendiri mengikuti
Pak Hendro yang sudah lebih dulu
bertelanjang. Yayah adalah panggilan manja Menik
kepada Pak Hendro. Begitu selesai,
dia pun segera mendekati Pak
Hendro yang saat itu sudah akan
bergerak ke kamar mandi. "Ntar dulu Yah, gendong dulu
dong..!" katanya dengan manja. Menahan langkah Pak Hendro, dia
pun meloncat ke pelukan ayah
angkatnya itu. Bergelendot manja
lagi di leher dengan kedua kaki
membelit pinggang Pak Hendro
seperti tadi, dia pun langsung digendong dibawa ke kamar mandi. Berikutnya di bak kamar mandi,
keduanya mandi bersama dengan
saling membantu menyabuni dan
menyirami tubuh masing-masing.
Pada waktu itu jika melihat bentuk
tubuh Pak Hendro, kesannya memang angker dengan sosoknya
yang tegap dan gempal, termasuk
juga ukuran alat vital yang
dimilikinya yang cukup lumayan
besar. Tapi bagi Menik yang sudah
biasa begini, tentu saja kesan menakutkan tidak ada lagi. Malah dia
paling suka kalau disuruh
mempermainkan batang kemaluan
ayah angkatnya ini, karena ada rasa
geli-geli senang jika merasakan
batang yang semula lemas, besarnya hanya seukuran lebih besar sedikit
dari jempol kaki itu, akan mekar
mengembang lipat dua dalam
genggaman kulumannya, menjadi
panjang dan besar seukuran pisang
ambon. Seperti juga saat ini, sambil menyabuni tubuh Pak Hendro, dia
menyempatkan mempermainkan
batang kejantanan itu. Terasa
olehnya batang itu sudah menegang
setengah keras. Begitulah kegiatan yang sering
mereka lakukan, sampai dengan
selesai membersihkan tubuh dan
keluar dari bak mandi, terlihat lagi
milik ayah angkatnya. Hal ini
membuat Menik tertarik, karena dari tadi batang itu masih setengah
menegang saja. Keduanya masih
belum menyeka tubuh mereka
dengan handuk saat itu.
"Iddih Yah, kok dari tadi masih keras
aja sih. Padahal udah bolak-balik Nik
guyur pake aer dingin…" kata Menik
dengan nada khas remajanya yang
polos sambil mengulurkan
tangannya memegang batang itu. Pak Hendro hanya tersenyum geli,
"Iya, itu tandanya dia udah
kepengen disayang-sayangin lagi
sama Mbak Niknya." "Tapi.., kata Yayah di Jakarta mau
dipakein ke lobangnya orang
perempuan. Emang nggak sempet ya
Yah ?" tanya Menik meskipun masih
muda sekali tapi sudah diberi
pengertian tentang arti hubungan seks yang sebenarnya. "Sempet sih sempet, tapi ketemu
Mbak Niknya kan tetep aja kangen." Menik tersenyum senang
mendengarnya. Dia mengocok
sebentar batang itu sambil berkata, "Mau Ning isepin sekarang ya Yah..?"
tanyanya menawarkan permainan
yang sudah biasa dilakukan sesuai
ajaran Pak Hendro. "Sebentar, sebentar, Yayah mau
puas-puasin dulu sama Kamu." kata
Pak Hendro. Tanpa menunggu jawaban Menik, dia
sudah langsung membawa si gadis
ke dekat meja washtafel dan
mendudukkan Menik di situ. Meja itu
cukup tinggi, sehingga dengan
hanya sedikit membungkuk dan menundukkan kepalanya Pak
Hendro sudah bisa mencapai kedua
susu Menik. Langsung saja bukit
dada si gadis yang meskipun masih
remaja tapi sudah cukup menonjol
mengkal itu dilahap dan disedot serta dihisap bergantian dengan rakus. Menik yang sudah terbiasa begini
hanya meringis-ringis kegelian,
membiarkan ayah angkatnya sibuk
menghisapi susunya, sementara dia
sendiri menjulurkan tangannya
membantu meremas-remas penis Pak Hendro. Ada beberapa saat Pak Hendro
memuaskan mulutnya di bagian itu
sampai kemudian menggeser
mulutnya turun ke arah liang
keperawanan Menik. Sambil begitu
dia meminta Menik bersandar ke dinding kaca di belakangnya untuk
kemudian mengangkat kedua kaki
Menik. Telapaknya diletakkan di tepi
meja, sehingga Menik jadi
terkangkang dengan kemaluan
terkuak lebar-lebar. Sekarang bagian kemaluan perawan remaja yang
masih gundul belum ditumbuhi bulu-
bulu itu jadi sasaran kecap mulut Pak
Hendro. Bukit daging kemerah-
merahan ini disosornya sama
rakusnya, diikuti jilatan dan gigitan- gigitan kecil di kelentit yang diterima
Menik sesekali menjengkit-jengkit
dan merengek kegelian. "Aaaa ge-yyi Yaah… hiiii ssshh
Yayahh nyangan di gigitt gi-tu
Yahh…" nada manja
kekanakkanakannya pun mulai
terdengar, tanda dia juga senang
diperlakukan begini oleh ayah angkatnya. Disini pun Pak Hendro cukup lama
memuaskan kecap mulutnya
sebelum kemudian berhenti dan
mengangkat kepalanya. "Ayo Nik.., tempel-tempelin dulu di
punyakmu biar tambah cepet
kepengennya biar nanti lebih
gampang keluarin aernya…" kata
Pak Hendro meminta. Yang begini pun bagi Menik sudah
terbiasa, tanpa menunggu diminta
dua kali diturutinya permintaan ini
dengan mengambil batang
kejantanan Pak Hendro yang sudah
menegang itu dan menempelkan ujung kepala bulatnya digesek-
gesekkan di mulut lubang
kemaluannya. Reaksinya cepat
karena sebentar kemudian dilihatnya
air muka Pak Hendro menegang
diburu nafsunya, sementara bagi Menik sendiri main-main seperti ini
juga selalu menimbulkan perasaan
aneh tersendiri baginya. Rangsangan
asyik yang masih belum dikenal
artinya, bergejolak di dalam perutnya
dan membuat liang keperawanannya seolah gatal ingin memasukkan
batang ini ke dalam lubangnya. Ada
rasa menuntut di situ, apalagi jika
ujung batang kejantanan itu makin
ditekan sedikit ke dalam, semakin
penasaran rasa enak yang ingin diraihnya. Dalam keadaan begini, praktis Menik
sudah tenggelam pasrah dituntut
berahi nafsunya, maka tinggal
ditekan lebih jauh pasti akan
disambut Menik dan berarti sudah
bisa Pak Hendro menggagahi remaja polos itu. Tapi di sinilah hebatnya
disiplin pribadi Pak Hendro demi
sayangnya kepada anak angkatnya.
Walau setiap kali berisengnya sudah
sampai sedemikian kritis, tapi selalu
saja dia bisa menahan diri untuk menghindar. Sesaat sebelum
pikirannya buntu, dia pun cepat
mencabut batangnya sambil
membawa tubuh Menik turun dari
meja washtafel. Menik mengira bahwa sekaranglah
saatnya dia diminta untuk
melakukan locokan hisapnya guna
membantu Pak Hendro mencapai
tuntutan kelelakiannya. Tetapi
rupanya ada perubahan acara, Pak Hendro ingin menyelesaikannya
dengan cara lain. Dia tetap menyuruh
Menik berdiri di depannya untuk
kemudian dia sendiri sedikit
menekuk kakinya merendahkan
tubuhnya, dari situdia meletakkan batang kejantanannya terjepit di
selangkangan Menik, persis
menempel di bawah kemaluannya. "Nah, Yayah mau coba bikin gini aja,
nggak usak pake dilocok tangan."
katanya seraya mulai memainkan
pantatnya maju mundur. Caranya persis seperti sedang
bersetubuh dalam posisi berdiri,
hanya saja batang keperkasaannya
tidak dimasukkan ke lubang
senggama Menik. Sambil
menggoyang keluar masuk batangnya yang tergesek-gesek di
celah liang keperawan Menik, Pak
Hendro juga menambahi rasa
dengan mendekap Menik,
mengajaknya berciuman hangat.
Diimbangi oleh Menik dengan juga merangkul ketat leher Pak Hendro,
membalas saling melumat bergelut
lidah.
Ternyata meskipun tidak sempurna,
tapi cara begini bisa juga membuat
Pak Hendro mencapai ejakulasinya.
Sebentar kemudian dia pun tiba di
puncaknya dengan menyemburkan
cairan maninya, tanda dia sudah bisa mengakhiri permainan dengan lega.
Itulah permainan iseng sehari-hari
Pak Hendro dengan Menik yang
boleh dibilang kritis karena cuma
tinggal memasukkan batangnya ke
liang keperawanan Menik saja yang belum dilakukan Pak Hendro. Tapi
yang begini cuma sementara. Cara
hidup unik ini bagi Menik
pengaruhnya besar juga. Bagaimana
tidak, kalau mengikuti
perkembangan cara mereka, rasanya cuma tinggal tunggu waktu saja
untuk Menik mendapatkan rasa seks
yang sebenarnya. Apalagi
belakangan ini Menik pernah
menyaksikan sendiri bagaimana
adegan hangat ayah angkatnya yang bercinta dengan Mbak Tikah,
seorang gadis pemijit yang sering
dipanggil Pak Hendro untuk memijit
di rumahnya, tapi sekaligus sebagai
tempat penyaluran tuntutan
kelelakian Pak Hendro. Dari sejak awal Menik sudah curiga
bahwa ayah angkatnya punya
hubungan intim dengan Tikah, gadis
pemijit yang diperkenalkan oleh
sopir pribadi mereka. Karena dalam
acara memijit yang biasa mengambil tempat di ruang baca itu, mereka
berdua selalu mengunci pintu
berlama-lama di situ. Memang
mulanya kelihatan biasa-biasa saja,
tapi pernah sekali Menik memergoki
bahwa tubuh Tikah secara mencuri- curi sering digerayangi tangan Pak
Hendro. Ini yang membuat Menik
penasaran dan suatu waktu dia
sengaja mengatur waktu untuk
membuktikan sendiri sampai dimana
hubungan Pak Hendro dengan Tikah. Begitulah suatu kali kesempatan Pak
Hendro minta dipijit Tikah di tempat
biasa di ruang baca, Menik yang tadi
pura-pura pamitan ke rumah teman
padahal sudah menyelinap
bersembunyi di kolong ranjang ruang tidur pak Hendro menunggu
kesempatan untuk mengintip. Di
antara kedua ruang baca dan ruang
tidur Pak Hendro ada pintu
penghubung, Menik menunggu
sampai dirasa aman baru dia mengendap-endap mencapai pintu
penghubung dengan rasa tegang
karena didapatinya suasana kamar
sebelah sepi sekali. Di lubang pintu
penghubung itu sebagaimana pintu-
pintu lainnya juga dipasang sehelai gordyn tebal. Biasanya pintu ini juga
dikunci oleh Pak Hendro kalau
sedang berdua dengan Tikah, tapi
karena diketahuinya Menik tidak di
rumah maka Pak Hendro sudah
merasa aman dengan membiarkan pintu itu terbuka, sehingga Menik
punya kesempatan mengintip ke situ. Apa yang ditunggu Menik memang
tepat, bahkan kebetulan sekali
karena rupanya saat itu sudah
masuk di babak Pak Hendro akan
mengerjai Tikah. Mereka sudah
langsung mulai karena begitu Menik melihat ke dalam, dia sudah
mendapatkan bagaimana keduanya
sudah bersiap-siap untuk masuk ke
permainan seks dengan Pak Hendro.
Saat itu sedang merangsang berahi
Tikah. Di situ sambil masih tetap berada di atas permadani tebal
tempat mereka biasa memijit,
nampak Pak Hendro yang berbaring
telentang sedang menggerayangi
tubuh Tikah yang duduk di atas
perutnya. Waktu itu kedua posisi mereka agak membelakangi Menik,
sehingga tidak bisa terlihat jelas, tapi
Menik bisa melihat bahwa tangan Pak
Hendro sedang bermain meremas-
remas susu Tikah yang masih
tertutup kain. Tikah dalam acara memijit ini mengenakan sehelai
handuk yang dililit sebatas dadanya. Berdebaran tegang Menik menonton
pemandangan di depannya, nampak
Tikah mandah saja menggeliat-geliat
kegelian dengan muka genit malu-
malu kegelian mendapat gerayangan
nakal Pak Hendro di kedua susunya. Malah dia kemudian
membungkukkan tubuhnya
mengikuti pelukan Pak Hendro,
menyandarkan kepalanya manja di
dada Pak Hendro. Sebentar
keduanya saling merapat pipi bertemu pipi seperti ada yang
dibisikkan Pak Hendro di telinga
Tikah, karena tiba-tiba Tikah bangun
duduk tegak dan berikutnya masih
dengan muka genit malu-malu Tikah
membuka lepas handuk penutupnya menampilkan bebas tubuh
telanjangnya. Karena di balik kain
tadi Tikah memang tidak
mengenakan pakaian dalam.
Sekarang melihat bagaimana Tikah
sedang menyodorkan bagian kewanitaannya untuk dinikmati Pak
Hendro, hal ini membuat Menik
semakin tertarik penasaran. Memang
tubuh Tikah tidak semulus dan
secantik Menik, tapi berharap pada
adegan kelanjutannya menimbulkan rangsangan hebat pada Menik,
disamping juga rasa kepingin tahu
yang besar ingin melihat bagaimana
caranya pasangan laki perempuan
bersanggama. Sekarang terlihat gerakan Pak
Hendro bangun duduk, sementara
Tikah hanya mengangkat duduknya
berlutut merapat pada Pak Hendro. "Ahsshh…" terdengar Tikah
mengerang dan setelah itu menggigit
bibirnya malu-malu geli ketika dia
mulai mendapat rangsangan Pak
Hendro sekaligus di dua tempat, yaitu
mulut Pak Hendro melahap sebelah puncak susunya dan sebelah tangan
Pak Hendro bekerja mengusap-usap
tengah selangkangannya.
Rangsangan mulai meningkat
dengan makin sibuknya Pak Hendro
berpindah-pindah mengenyoti
kedua susunya, sementara tangan
yang di selangkangan juga
bergerak-gerak seperti sedang meremas-remas sambil pasti ikut
mengiliki kelentitnya, geli asiknya
mulai diterima Tikah terbaca dari
mimik wajahnya yang sekarang
merona merah dalam mata terpejam
serius dan bibir setengah merekah tegang. Sesekali ada gerakan Tikah
mengejang kegelian dengan menarik
pantatnya menungging, tapi tidak
menghindar membiarkan tubuh
telanjangnya dipuasi Pak Hendro.
Sebelah tangannya malah membantu menonjolkan bukit susunya tersodor
dikecapi Pak Hendro, sedang sebelah
tangan lagi bertopang di pundak Pak
Hendro. Ada beberapa saat seperti
itu, tapi di tengahnya ada gerakan
baru, yaitu sebelah tangan Pak Hendro yang bebas mulai
merangsang kejantanannya dengan
menggenggam dan meremas-remas
batangnya agar menjadi lebih kaku. Semua ini dari tempat mengintip
Menik cukup jelas dilihat, karena
jaraknya cuma sekitar 3 meter dan
posisi Tikah sekarang agak serong
menghadap ke arahnya. Rupanya
acara merangsang gairah berahi Tikah dan membangkitkan
kejantanan sendiri oleh Pak Hendro,
meskipun sebentar tapi sudah
dianggap cukup, karena Pak Hendro
baru saja berhenti dan meminta
Tikah mengambil posisi berbaring menelentang tetap di atas permadani
itu. Mereka nampaknya
mempersingkat waktu agar tidak
terlalu lama dan dicurigai para
penunggu rumah. Tikah langsung berbaring
mengangkang sesuai permintaan
Pak Hendro, matanya ditutup rapat-
rapat menunggu Pak Hendro
mengatur posisinya untuk mulai
memasukkan batang kejantanan ke liang senggamanya. Merapat dia
dengan kedudukkan tegak berlutut,
kedua paha Tikah ditumpangkan ke
atas masing-masing pahanya,
sebentar Pak Hendro masih melocoki
batang kejantanannya sendiri yang dari tadi tetap dipegangi terus,
sementara tangan sebelah jari-jarinya
membasahi lubang kewanitaan Tikah
dengan ludahnya agar membuat
lebih licin lagi. Sebentar kemudian
batang kaku Pak Hendro mulai dimasukkan ke liang kewanitaan
Tikah, Menik membaca mimik wajah
Tikah agak mengernyit dengan
kedua kelopak matanya yang
terpejam erat. Rahangnya menganga
kaku menunggu batang ditusukkan ke kemaluannya dan yang mulai
dimainkan Pak Hendro keluar masuk
pelan-pelan. Ternyata reaksi yang ingin dilihat
Menik mulai nampak. Tikah ketika
mulai bisa menyesuaikan dengan
penis yang baru diterimanya,
langsung mendapatkan rasanya.
Tegang wajahnya pun mengendor terganti dengan bersemu asyik yang
membawa pinggulnya bergerak
mengocok mengimbangi gerak
menggesek batang keluar masuk
liang senggamanya. Makin lama
makin tambah hangat rasa garukan enak itu, apalagi ditambahi Pak
Hendro dengan kedua tangannya
memilin-milin puting masing-masing
susunya, gerak geliat Tikah sudah
meningkat panas. Meliuk-liuk dia
terlihat erotis dengan dadanya kadang diangkat-angkat
membusung. Tapi yang seru adalah
goyangan bibir kemaluannya yang
berputar cepat seperti tidak sabaran
dan sesekali menanduk-nanduk ke
atas memapak tusukan batang keperkasaan Pak Hendro yang juga
mulai dipompa agak kencang. Menik sampai terasa panas dingin
dan tegang menontonnya,
terpengaruh rangsangan permainan
Tikah yang menggelora oleh
sogokan-sogokan batang
keperkasaan Pak Hendro. Gerakannya selama itu berputaran
hangat, lebih-lebih menjelang
orgasmenya. Sayang Menik tidak bisa
mengikuti mimik Tikah, karena
dengan semakin panas itu wajah
Tikah sudah hilang menyusup di dada Pak Hendro yang sudah turun
menghimpit mendekapnya erat-erat.
Hanya terakhir sempat dilihat ketika
Tikah berogasme dengan tubuhnya
yang mengejang dan mengangkat
liang kewanitaannya tinggi-tinggi seakan ingin ditekan lebih dalam lagi.
Sampai di situ apa yang ditonton
Menik, dan dia buru-buru ke luar
untuk kemudian berpura-pura
datang dari luar seolaholah tidak
mengetahui apa yang terjadi di dalam kamar baca itu. Jadi boleh dibilang secara tidak
langsung, sebetulnya ayah
angkatnya yang menggiring Menik
untuk menuju kebebasan seks.
Sehingga ketika suatu ketika, Menik
menemukan teman sekolah yang cocok di hatinya dan kemudian
berlanjut dengan iseng-iseng
mempraktekkan hubungan
sanggama sampai
mengakibatkannya hamil. Ayah
angkatnya tidak bisa menyalahkan dia karena menyadari bahwa ini
salahnya sendiri yang terlalu bebas
dalam cara hidup mereka. Tapi untuk
menuntut laki-laki yang mengerjai
Menik sangat berat, karena
keduanya masih remaja sekali, jalan keluar yang dipilih adalah
menggugurkan kandungan Menik
sebelum menjadi besar serta
membatasinya bergaul bebas di
luaran lagi.
Menik nampaknya kapok dengan
akibat keisengan pertamanya itu, tapi
untuk bisa bertahan dari godaan
lelaki berikutnya ternyata ada cara
yang istimewa untuk itu. Yaitu Menik
yang sudah kenal nikmatnya hubungan seks tidak dibiarkan
menderita menahan keinginan itu,
tapi di rumah dia justru dapat
penyaluran tersendiri dari siapa lagi
kalau bukan dari ayah angkatnya
sendiri. Sejak itulah Menik mulai membuat hubungan sanggama
dengan Pak Hendro dengan maksud
agar Menik tidak mencari di luar lagi,
yang memungkinkan dia mengulang
kecelakaan yang sama. Hanya saja
tentunya dijaga agar tidak ada satu pun orang luar yang tahu rahasia
keluarga mereka. Memang, sejak lepas dari
pengalaman pahitnya itu, Menik jadi
seperti uring-uringan dan untuk
mengisi kesepiannya, Pak Hendro
mulai tertarik juga untuk
memanfaatkan Menik. Tidak heran sebab si cantik yang meningkat
semakin remaja ini kalau berpakaian
sering minim, mengundang gairah
lelaki, teristimewa bagi Pak Hendro
yang juga sedang kesepian. Tapi
sekalipun sudah akrab dengan gadis itu, Pak Hendro tidak langsung main
ajak begitu saja. Dia perlu cara halus
karena dia kuatir Menik masih trauma
dengan pengalaman pahitnya itu.
Pak Hendro mulai mengadakan
pendekatan dengan membelikan hadiah-hadiah perhiasan dan
mengobral pemberian uang untuk
meluluhkan hati Menik. Sampai di suatu siang, dia membuat
surprise dengan mendatangi kamar
Menik. "Nik, kalok Yayah kasih hadiah buat
Kamu, mau nggak..?" katanya
dengan kedua tangannya ke
belakang seperti menyembunyikan
sesuatu."Oya..? Hadiah apa Yah..?" "Mau tau..? Nih Liat dulu sebentar..!"
kata Pak Hendro sambil menarik
tangannya yang menggenggam
sebuah kotak perhiasan, membuka
tutupnya memamerkan isinya
sebentar. Namanya sifat perempuan, begitu
melihat perhiasan emas yang
berkilau-kilauan langsung bersinar
cerah wajahnya. "Buat Menik ya Yah..?" tanyanya
malu-malu. "Iya.., semua buat Kamu, abis buat
siapa lagi..?" "Waduh..! Iya Yah, Aku mau.., seneng
banget Aku Yah..!" Kontan melonjak girang Menik
karena perhiasan yang akan
diberikan kepadanya justru lebih
banyak dari yang sudah didapat
sebelumnya. Tidak salah, karena Pak
Hendro sendiri saking senangnya dapat harapan manis Menik sengaja
membelikan lebih banyak dengan
maksud untuk lebih membujuk gadis
itu. "Tapi ntar dulu, abis ini nanti temenin
Yayah tidur, sekarang ininya Yayah
masukin Yayah punya ya..?" tanya
Pak Hendro mulai minta kepastian
Menik sambil merapat dan
menjulurkan sebelah tangannya mengusap-usap selangkangan
Menik. Jelas Menik tahu maksudnya tapi dia
masih ragu-ragu. "Ngg, tapinya kalok Nik bunting lagi
gimana Yah..?" tanyanya minta
penegasan Pak Hendro. "Ooo… jelas Yayah jaga jangan sampe
begitu, nanti Yayah kasih pilnya.."
jawab Pak Hendro memberi
kepastian. Kali ini Menik mengangguk
meyakinkan ajakan Pak Hendro
karena hatinya sudah keburu terpaut
dengan kilauan emas yang bakal jadi
miliknya. Perempuan kalau hatinya
sudah merasa dekat, apalagi ditambahi dengan hadiah-hadiah
perhiasan, maka cepat saja takluk
dalam rayuan. "Kalok gitu sini, Yayah yang pakein
satu persatu dan Kamu nurut aja ya..?
Tapi sebentar.., coba kamu pake dulu
semua perhiasan yang Yayah pernah
kasih. Soalnya ini semua satu setelan,
jadi biar lengkap keliatannya." Menik mengangguk dan bergerak
mengambil perhiasan itu di
lemarinya, lalu memasangnya satu
persatu yaitu giwang, kalung, cincin
dan gelang, sementara Pak Hendro
mendekat lalu meletakkan kotak perhiasan di tempat tidur. Keempat
perhiasan itu berikut yang ada di
dalam kotak memang memiliki ciri
seragam, yaitu diberi bandul
berbentuk bola-bola berongga yang
di tengahnya diisi bola kecil lagi, jadi kalau bergerak akan menimbulkan
bunyi yang bergemerincing. Menik sendiri masih heran di mana
lagi perhiasan yang ada di kotak itu
akan dipasangi di tubuhnya, namun
begitu dia diam saja dan sesuai
permintaan Pak Hendro dia menurut
ketika sebuah perhiasan diambil untuk dipasangkan padanya. "Tau nggak Nik, Yayah beli ini karena
liat Kamu cantik, jadi kepengen
dandanin kayak putri ratu. Memang keliatan kayak main-
mainan, tapi ini emas asli lho..? Kalok
nggak cocok jangan kasih siapa-
siapa, simpen aja buat kenang-
kenangan. Ayo sini, tempat pertama
pasangnya di sini…" Menik langsung merasa geli, karena bagian pertama
yang dipasangi adalah sebuah cincin
hidung model jepit ala gadis-gadis
Arab. "Nah, sekarang untuk ini Yayah
minta tanda terima kasihnya…" Belum sempat Menik mengerti, tiba-
tiba dia sudah dipeluk lehernya dan
bibirnya didarati bibir Pak Hendro.
Agak gelagapan dia tapi cepat
disambutnya ajakan berciuman ini
dan meningkat sebentar saling melumat hangat. Ada beberapa saat
baru Pak Hendro melepas bibirnya,
Menik terlihat sempat terhanyut
sebentar dalam asyiknya bergelut
lidah bertukar ludah barusan.
Bagian kedua adalah sepasang
kalung kaki yang dipakaikan Pak
Hendro dengan meminta Menik
duduk di tempat tidur. Ini juga
menggelikan, karena merasa persis
seperti pemain kuda lumping dan upah terima kasihnya juga lucu yaitu
masing-masing betis Menik diciumi
dan dijilat-jilati setelah kalung itu
terpasang. Yang ketiga, yang paling membuat
Menik geli adalah ketika Pak Hendro
mengambil sepasang perhiasan
payudara yang pemasangannya
dijepit di puting susu. "Iddihh.., kok aneh-aneh aja si Yayah
nih..?" kontan cekikikan geli dia
sambil menekapi kedua buah
dadanya dengan tangannya. "Ya sudah, kalok masih geli ditunda
dulu. Sini Yayah ambil tanda terima
kasihnya duluan nanti pasangnya
belakangan." Begitu selesai bicara Pak Hendro
langsung memajukan kepalanya,
mulutnya mendarat mencaplok
sebelah susu Menik yang membulat
montok itu. "Sshh…" Menik mengejang tertahan
sewaktu mulut Pak Hendro
mengenyoti puncak susunya,
mengulum dan menjilati puting yang
berada di dalam mulut Pak Hendro. Kali ini geli lain. Geli yang memberi
rangsang menaikkan berahinya
untuk menuju apa yang nantinya
akan diminta Pak Hendro. Dan ini
mulai semakin terasa karena Pak
Hendro agak berkepanjangan mengisapi dan meremasi kedua bukit
dadanya bergantian, sehingga geli-
geli enak yang meresap menyulut
bara berahinya yang juga sudah
lama terpendam mulai menyala lagi.
Maklum, Pak Hendro rupanya gemas bernafsu dengan kedua susu si gadis
ramping tapi ukurannya bulat
montok menggiurkan ini. Terbukti
ketika Pak Hendro berhenti dan
menarik kepalanya, terlihat tatapan
mata Menik sudah sayu tanda sudah dipengaruhi tuntutan nafsunya. Tapi
Pak Hendro belum selesai, dia segera
memasangkan perhiasan di kedua
puting susu Menik, kali ini tidak ada
penolakan geli lagi. Selepas itu kedua buah dada segar
mulus yang sudah berhias anting-
anting itu dikecap lagi oleh mulut Pak
Hendro. Ada rangsang tersendiri
baginya dengan kedua puting yang
tercuat oleh jepitan penahan bandul, senang menjilat-jilat ujungnya
membuat Menik bergerak-gerak
kegelian, susunya berayun-ayun
menimbulkan bunyi bandul
bergemerincing. "Aahaaww… ge-yyii Paak.." Menik
merengek manja namun dia senang
dicandai mesra seperti ini. "Tambah cantik kan Menik dihiasin
gini, Yayah jadi makin gemes
ngeliatnya…" "Iya tapi lucu… Aahsssh Paak… ca-
kiitt..!" baru menjawab sudah
disambung merintih karena puting
berikut bandulnya dicaplok Pak
Hendro. Dihisap dan dijepit-jepit bandul itu
dengan bibir, menarik-narik kecil
menjadikan putingnya juga ikut
tertarik-tarik terasa perih. Tapi perih-
perih enak yang makin menambah
Menik jadi makin lebih terangsang. Sehingga ketika dari situ Pak Hendro
berlanjut dengan usahanya untuk
membuka celana pendek yang
dikenakan Menik, si gadis mandah
saja malah membantu dengan
mendoyongkan tubuhnya ke belakang, mengangkat pantatnya
membuat mudah celana berikut
celana dalamnya dilolosi lepas. Pak
Hendro meskipun dalam dirinya
sudah bergelora nafsunya ingin
segera menyetubuhi remaja cantik yang menggiurkan ini, tapi dia cukup
pengalaman untuk bisa menekan
emosinya tidak menunjukkan wajah
rakusnya. "Sekarang yang terakhir ini Yayah
pasangin kalung perutnya…"
katanya sambil membelitkan dan
mengaitkan sekali sebuah kalung
perut di pinggang Menik. Selepas itu tiba-tiba Pak Hendro
menundukkan wajahnya ke perut
Menik. Dikira akan mengecup bagian
perut itu untuk minta tanda terima
kasih, tapi rupanya lebih ke bawah
lagi. Yaitu ketika kedua tangan Pak Hendro menyusup dari bawah kedua
pahanya, membuka jepitan paha itu
sekaligus mengangkat membuatnya
mengangkang. Dia segera tahu
bahwa Pak Hendro menuju ke liang
senggamanya. Menik memang sudah terbiasa memberikan kemaluannya
dikerjai mulut Pak Hendro, cepat
ditutupnya matanya menunggu Pak
Hendro berlanjut, karena dia tahu
rasa apa yang akan didapatkannya
nanti. Saat itu, begitu mulut Pak Hendro
menempel dan langsung menyedoti
rakus bagian menganga itu, dalam
dua tiga jurus saja Menik sudah lemas
tulang-tulangnya diresapi
nikmat."Ahhnng…" mengerang dia oleh geli yang terasa menyengat
sampai ke ubun-ubun, langsung
merosot tubuhnya jadi menelentang
rata punggung ke belakang karena
serasa tangannya tidak kuat lagi
menopang. Lewat lagi beberapa jurus dia sudah meliuk-liuk tubuhnya
oleh jilatan lidah terlatih yang
mengilik kelentitnya, menusuk-
nusuk kaku membuatnya semakin
penasaran ingin segera disetubuhi. Pak Hendro berhenti untuk
membuka bajunya dan sementara itu
kedua kaki Menik yang tadi
disanggahnya diletakkan telapaknya
di tepi tempat tidur, tetap membuat
posisi Menik mengangkang lebar. "Enak kan kalok Yayah bikinin
gini..?" tanyanya menguji sambil
melepasi bajunya satu persatu. "He-ehh… tappinya jangan lama-lama
Yahh.., nggak kuat Akku…" Menik
terbata-bata menjawab jujur
kelemahannya kalau liang
kewanitaannya kena disosor mulut
lelaki.
Selesai membuat dirinya sama
bertelanjang bulat, Pak Hendro
kembali meneruskan mengerjai liang
senggama Menik dengan permainan
mulutnya, membuat si gadis betul-
betul matang terbakar oleh rangsang nafsunya. Sambil begitu Pak Hendro
sendiri dalam posisi duduk berlutut
mulai melepasi bajunya tanpa dilihat
Menik dan mulai mempersiapkan
batang kejantanannya untuk bisa
menyalurkan kerinduan nafsunya sekaligus mengisi kebutuhan yang
dituntut berahi nafsu Menik. Cukup lama Pak Hendro membakar
nafsu Menik lewat hisapan mulut di
liang senggamanya, membuat Menik
hampir hangus menunggu saat
untuk disetubuhi. Tapi sebelum
mulutnya meminta, tiba-tiba dirasakan tubuhnya ditarik diajak
bangun. Pak Hendro melingkarkan
kedua lengan Menik di lehernya,
Menik cepat mengetatkan rangkulan
mengikuti ajakan Pak Hendro yang
segera menggendong untuk memindahkannya dari posisi semula
ke tempat dimana dia akan segera
masuk ke babak sanggama, karena
dirasanya ada gerakan Pak Hendro
untuk bangkit berdiri. Memang benar, tapi sebelum sampai
ketempat yang dimaksud, Menik
seperti sudah akan mendapatkan
apa yang diingininya lebih cepat dari
perkiraannya. Tubuhnya terasa
melayang seiring dengan gerakan Pak Hendro berdiri dengan
mengangkatnya pada kedua
pahanya, tapi ketika telah tegak dan
gaya berat tubuhnya menekan lagi
ke bawah, "Hahhg…" mengejang dia
karena dirasanya kepala batang keperkasaan Pak Hendro mendesak
sampai terjepit di mulut lubang
kemaluannya. Dan makin memberat dia ke bawah
makin menyodok batang itu masuk. Tapi, "Hhoogh…" kali ini
menggerung tenggorokannya
karena yang berikutnya terasa ketat
dan perih. Tidak tahan berlanjut, dia pun
mengetatkan lagi rangkulannya
seolah-olah ingin memanjati tubuh Pak Hendro naik ke atas lagi. Celakanya Pak Hendro seperti tidak
mengerti apa yang dialami Menik,
merasa batang kejantanannya sudah
mulai terjepit masuk, dia mengira
justru Menik yang sudah mengajak
lebih dulu untuk langsung masuk di babak sanggama. Dalam posisi
seperti itu dia malah berusaha untuk
memasukkan batangnya lebih jauh
lagi. Kedua kakinya ditekuk
merendah sebentar agar Menik
terduduk menggantung di pahanya sehingga kedua perut agak
merenggang. Karena dalam posisi itu
dia bisa melepas sebelah sanggahan
tangannya untuk kemudian
membubuhi ludah di sisa batangnya
yang belum masuk, baru setelah itu dia berlanjut untuk membenamkan
batang keperkasaannya. Sekarang batang ini sudah masuk
sebagian, Pak Hendro menegakkan
tubuhnya lagi dan sambil berusaha
menekan lebih jauh dengan pintar
dia mengalihkan perhatian Menik
lewat gerakan berjalan seolah-olah mencari tempat sanggama yang lebih
enak. Memang, semakin dibenamkan
lebih dalam, terasa olehnya Menik
mencengkeram sambil merintih
kesakitan tapi Pak Hendro pura-pura
tidak mendengar. "Ssshhgh.. ssakkit Yaahh…" akhirnya
tidak tahan juga suara Menik
terdengar mengutarakan perihnya. Menik memang sudah hapal dengan
bentuk dan ukuran alat viltal ayah
angkatnya yang sering
dipermainkannya ini, tapi untuk
dimasukkan ke liang senggamanya
baru kali inilah dia merasakannya. "Iya, iya, memang agak perih kalok
dibawa jalan-jalan begini. Sebentar
lagi, Yayah mau cari tempat yang
enak buat kita." buru-buru Pak
Hendro menghibur tapi lega dia
karena dirasanya seluruh panjang batang kejantanannya sudah
terendam habis. "Mau dimana Yah..?" tanya Menik
agak heran sambil menarik
kepalanya. Sekarang bisa terlihat raut wajahnya
yang sudah pucat pasi lantaran
menahan sakit. "Kita cari tempat yang lebih enak
maennya." Dengan memondong Menik,
sementara batang kejantanannya
tetap terendam di liang
senggamanya Menik, Pak Hendro
menuju ke ruang tengah. Di situ di
depan TV terpasang sebuah permadani berukuran 2×3 meter,
kesitulah rupanya Menik dibawa.
Mengatur posisi Menik menelentang
dengan tetap menjaga kemaluan
tidak terlepas, begitu selesai Pak
Hendro mulai mengajak Menik masuk pada babak sanggama untuk
meresap nikmatnya pertemuan
kedua kemaluan ini. Sanggama ala
Pak Hendro yang unik, sebab bukan
saja pemilihan tempatnya nyentrik
tapi juga caranya terasa asing bagi Menik. Beda sekali dengan bekas
pacarnya yang dalam sanggama
mereka goyang pantat dibawa
bekerja aktif memompa penis ke luar
masuk vaginanya, tapi dengan Pak
Hendro justru tidak bergaya tradisional seperti itu. Bermain masih dalam keadaan saling
menempel berhadapan dengan
batang kemaluan tetap terendam
dalam, tanpa ada gerakan
menggesek keluar masuk, Menik
dibawa berguling-guling di seluas permadani itu seperti seorang anak
kecil sedang diajak bergelut canda
oleh ayahnya. Tetapi lebih cocok
disebut seperti sepasang penari balet
yang sedang beradegan lantai dalam
gaya erotis. Sebab sementara bergulingan, kadang Menik di atas
kadang pula di bawah, Pak Hendro
mengiringi dengan kerja mulutnya
serta tangan yang tidak terputus
melanda sekujur tubuhnya dari mulai
atas kepala hingga ke ujung kakinya.
Di situ kadang dikecup mesra, dijilati
atau digigiti gemas, juga kadang
diusap, dipijat, diremas di bagian
manapun dari tubuh Menik dapat
dicapai mulut atau tangannya. Menik
tidak ubahnya diperlakukan seperti boneka permainannya. Boneka
cantik berhias yang semakin
bergemerincing suara bandulnya
semakin membuat hatinya senang
dan asik menggelutinya.Tapi asyik
bukan hanya buat Pak Hendro, Menik yang semula masih merasa perih dan
masih pasif mulai mendapatkan rasa
asyik yang sama, malah lebih lagi.
Gaya baru yang diterimanya ini terasa
begitu mesra menghilangkan perih
yang diderita. Dan ujung batang yang tadinya terasa begitu ketat serta
menyodok begitu jauh di dalam
perutnya sekarang justru dirasakan
enak luar biasa mengorek-ngorek
tuntutan berahinya jadi cepat
terluapkan, melayang-layang dibuai kenikmatan yang datang melanda
susul menyusul. "Hsshngg addduuuh Yyahh… sshngh
dduhh.. hmm aaahhghrh..!" begitu
dalam akibatnya sampai-sampai
tidak tertahankan lagi, masih
ditengah asyiknya digeluti Pak
Hendro, Menik sudah mengerang membuka orgasmenya satu kali
sebelum berikutnya menyusul lagi
secara bersamaan dengan Pak
Hendro. Ini terasa luar biasa, sebab kalau
biasanya dia merasa seperti
dipaksakan keluarnya oleh gesekan-
gesekan cepat penis bersama pacar
lawan mainnya, yang ini lebih
melegakan menyalurkannya lewat geliat-geliat erotis tubuhnya yang
dilipat-lipat oleh Pak Hendro. "Aaahnng.. ssshh-dduuh Yahh… Ak-
kku klu-ar laggi sshh… hngmmm
shg…" disitu baru selesai yang satu
sudah menyusul lagi rangsangan
gairah untuk menikmati yang
berikutnya. Memang akhir dari permainan sama-
sama meletihkan, tapi kalau saja Pak
Hendro masih bisa bertahan lebih
lama lagi rasa-rasanya Menik akan
sambung menyambung orgasme
yang bisa dicapainya. Betul-betul suatu permainan yang unik
mengesankan, karena dengan hanya
menanam batang dalam-dalam saja
sudah membuat Menik terpuaskan
secara luar biasa. Begitulah, permainan serasa mimpi
indah yang dialami Menik dalam
hubungan pertama ini sudah
langsung membuat Menik ketagihan
kepada Pak Hendro. "Gimana, puas nggak maen gini sama
Yayah..?" tanya Pak Hendro menguji
apa yang barusan dialami Menik. "Itu sih bukan puas lagi, tapi mabok
namanya.. Gimana nggak, sekali
tancep tapi Aku sampe tiga kali
ngeluarinnya… Yayah pinter aja
ngerjain Aku…" jawab Menik
mengakui apa yang didapatnya sekaligus menyatakan pujian
kagumnya kepada kehebatan Pak
Hendro, "Tapinya lemes banget Aku Pak.." lanjutnya sambil
menyusupkan kepalanya manja-
manja sayang di dada Pak Hendro. Sejak itu Menik memang tidak pernah
sungkan-sungkan meminta kalau
sedang ingin digauli ayah angkatnya.
Seperti misalnya tengah malam itu
Pak Hendro terbangun agak kaget
karena dia merasakan seseorang naik berbaring di sebelahnya. Segera
dia mengenali bahwa Menik yang
barusan naik berbaring
memunggungi di sebelahnya. Pak
Hendro tersenyum mengerti bahwa Menik yang sudah seminggu tidak
digauli karena haid, sekarang
rupanya sudah selesai dan tentu
sudah kepingin lagi disetubuhinya.
Tanpa bertanya dia pun
mengembangkan selimutnya menutupi Menik dan berbalik
merapati memeluk si gadis dari
belakang. Betul juga, ketika sebelah tangannya
disusupi sekaligus menyingkap gaun
tidurnya untuk meremasi susunya,
terasa olehnya bahwa Menik makin
menempelkan pantatnya yang tidak
mengenakan celana dalam itu ke jendulan batang kemaluannya. Pak
Hendro makin menggoda, dia
memindahkan tangannya merabai
jendulan kemaluan Menik dari arah
belakang pantatnya. Sebentar
diusap-usapnya liang senggama yang terjepit itu, Menik pura-pura
diam saja. Begitu juga waktu Pak
Hendro mulai mencolokkan satu
jarinya ke dalam jepitan itu, masih
belum ada reaksi Menik. Tapi waktu
jari itu mulai digesek sambil mengorek-ngorek ada beberapa
lama terasa Menik mulai tidak tahan
dan mulai menggelinjang sambil
merintih. "Sssh udah Yaah ja-ngann pake ta-
ngann…, nggak en-nakk…" "Pake apa dong enaknya..?" bisik
Pak Hendro menggoda. "Macupinn kontol Yayahh ajaa…"
jawab Menik dengan logat manja
kekanak-kanakan. Pak Hendro segera berhenti dan
Menik memang tidak perlu meminta
dua kali karena jelas ayah angkatnya
sudah tahu keinginannya. Terbukti
Pak Hendro sudah memasangkan
guling di depannya yang langsung dipeluk kedua kaki Menik sehingga
posisi vaginanya lebih menungging,
ini dimaksudkan agar lebih mudah
dimasuki pada posisi itu. Dan sebentar kemudian
dirasakannya Pak Hendro yang
sudah melorotkan celananya
membebaskan kemaluannya mulai
menempelkan batangnya di depan
liang kewanitaannya Menik. Baru saja bertemu kedua kemaluan telanjang
itu, Menik sudah langsung
menjulurkan tangannya untuk
melakukan sendiri menggosok-
gosokkan kepala kejantanan Pak
Hendro di mulut lubang senggamanya. Dari caranya yang
tidak sabaran, Pak Hendro semakin
yakin bahwa Menik betulbetul
sedang kepingin sekali. Dia
membiarkan dulu menunggu sampai
batangnya mengencang baru kemudian dia mengambil alih lagi
untuk memasukkan batangnya itu.
Dibasahi dulu dengan ludahnya
seputar kepala batangnya, setelah itu
mulai disesapkan terjepit di mulut
lubang kewanitaan Menik. Begitu
terasa mulai masuk, segera
disambung dengan disogok pelan- pelan sambil menekan semakin lama
semakin dalam. Sampai di batas yang
bisa dicapai, barulah dia menunda
dan kembali merapat mendekap
Menik. Menyusupkan lagi tangannya
meremasi kedua susu sambil diiringi mengecupi leher si gadis yang
langsung berbalik menoleh dengan
mimik wajah terlihat senang. "Ahss… enak Yaahh..!" komentar
pertama Menik. "Udah kepengen sekali ya Nduk..?"
tanya Pak Hendro tersenyum manis. "He-ehh udah ampir seminggu
nggak gini sama Yayah, Nik nggak
bisa tidur Yah..!" "Seneng ya memeknya dimasukin
punya Yayah kayak gini..?" "Ceneng Yah…, enyak diogok-ogok
ontol 'ede Yayah.." jawabnya kembali
dengan logat manja kekanak-
kanakannya. "Ya udah, sekarang bobo deh sambil
Yayah ogok-ogok supaya tambah
pules bobonya…" Menik membalikkan lagi kepalanya
membelakangi Pak Hendro, seolah-
olah mengikuti anjuran ayah
angkatnya yang akan membuatnya
tidur enak dengan menyogok-
nyogokkan batang kejantanan di liang senggamanya, tapi ketika
terasa batang itu mulai dimainkan
keluar masuk pelan, dia ternyata
terbawa memainkan juga pinggulnya
mengocok pelan seirama gerakan
Pak Hendro. Irama permainan ini tidak meningkat hangat seperti
biasanya, karena masing-masing
seperti ingin bermain berlambat-
lambat dengan membatasi gerakan-
gerakan mereka, tapi nikmat yang
dirasa tidak kalah enaknya dibanding biasanya. Malah
permainan kalem ini terasa lebih
mengasyikkan dengan
mengkonsentrasikan pada gelut
kemaluan yang lebih banyak ditekan
dan diputar dalam-dalam diikuti penyaluran gemas-gemas nafsu
pada remasan-remasan yang
mencengkeram ketat. Begitu juga
seperti ingin mencegah suaranya
terlepas kendali, Menik menutupi
wajahnya dengan bantal dan menggigitnya erat-erat. Pak Hendro
memainkan terus batang
keperkasaannya membuatnya bisa
menyusul Menik tepat pada
waktunya. Karena ketika terasa
Menik mulai berorgasme, Pak Hendro pun tiba bersamaan di saat
ejakulasinya. Permainan selesai dan bersambung
acara tidur bagi Menik, tapi Pak
Hendro masih ingin merapihkan diri
dulu. Dibantu Menik sendiri yang
mengangkangkan kedua kakinya
lebar-lebar, Pak Hendro segera menyeka bersih bekas-bekas cairan
di lubang kemaluan Menik. Ini
memang satu kebiasaan si manja
yang kalau selesai sanggama dan
tertumpah oleh cairan mani dia selalu
malas untuk mencuci, sehingga harus Pak Hendro yang
membantunya. Begitu ketika dirasa
sudah bersih, barulah Pak Hendro
menyusul tidur memeluki Menik
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.